Pria dari Kegelapan

Kesepian Sang Pria Kabut yang Lahir di Kegelapan



Ia adalah pria penghuni kegelapan. Tak ada cahaya yang dapat membuatnya berlari, hanya meraba, meraba, dan meraba dengan langkah kecil tak berarti untuknya. Tak seorang pun yang tau berapa langkah dan berapa jauh ia melangkah. Mereka hanya tau, ia bergerak. Tak ada yang menetap padanya, hanya seperti lalu lalang angin di dalam ruang yang reyot. Denting-denting tekanan dari mulut lebar adalah makanan baginya. Cambukan atas kelahiran adalah pakaian baginya. Ketakutan adalah cahaya mega senja yang  membuatnya selalu bergerak lebih dalam pada kegelapan. Tak ada yang lain.


Hingga dia datang. Dia datang di antara perbatasan gelap dan terang. Banyak yang meneriakinya agar mundur perlahan dari perbatasan itu dan banyak siulan angin pula yang mengajaknya ke sisi terang. Namun, kelopak matanya tetap terbuka dan bola matanya tetap menatap pada sisi gelap. Dia merasakan gelombang kelelahan dari langkah kecil seseorang di sana. Entah siapa dan mengapa seseorang itu berada disana, di tempat yang tak menyenangkan. Lambaian tangan dia padanya tak bisa ia tangkap, karena kegelapan membutakan pandangan. Panggilnya tak terdengar, karena hitam menusuk gendang telinganya. Hati ia pun tak bisa merasakannya, karena waktu selama di kegelapan membuat hatinya cukup membusuk hingga mati rasa.
Dia pun memutuskan mengambil satu dari 3 lampu kehidupan di dalam dirinya, agar dapat menuntun jalannya menggapai Ia yang terus bergerak di dalam kegelapan. Langkah pertama di sisi kegelapan, dia mendapati duri yang tertancap di telapak kakinya. Ya, satu lampu kehidupan hanya memberi sedikit keterangan, tak banyak. Namun dengan tekadnya yang kuat, dia terus berjalan, lalu berlari mengalahkan sayatan dan darah yang mengalir di kakinya.

Larinya pun terhenti, berganti langkah pelan menuju aroma kesedihan di hadapanya. Sampai dia menangkap wajah gelap penuh lebam pada seorang pria dari kegelapan. Dia mengusap lebam-lebam yang mencolok itu dengan pelan dan meneteskan air matanya untuk mengobati lebam tersebut. "Ikutlah dengan ku, akan ku perlihatkan indahnya cahaya." tuturnya pada pria itu. Ia pun mengelak, menjauh,  dan membenci dia yang telah berlari menggapainya. Ia merasa tak pantas untuk bertemu dengan dia yang telah ditakdirkan di sisi terang. "Tak apa. Ikutlah dengan ku, akan ku ajak kau untuk menyembuhkan luka mu." Tanpa memberi kesempatan, ia pun menyuruhnya untuk meninggalkannya sendiri dan mengutuknya jika dia berani menghampirinya lagi. Ia tak melihat seberapa banyak sayatan dan darah yang mengalir sepanjang jalan dia menemukannya, karena indranya tak berfungsi dan hati mati rasa. walau begitu, dia tak menyerah. dengan luka yang dia dapati, dia tetap memberi pilihan untuknya. dia memberikan lampu kehidupan keduanya untuk pria tersebut. lalu dia pergi dengan menaruh harapan untuk pria itu mau menuju sisi terang.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Wanita Punya "Simpanan"

Freedom women?